Jumat, 30 Oktober 2020

Menerapkan Ragam Hias Pada Bahan Kayu

A.   Ragam Hias Ukiran Pada Kayu

       Kayu umumnya diolah terlebih dahulu menjadi benda-benda seni eksklusif lalu diberikan sentuhan ragam hias. Ragam hias yang digunakan tidak selaras dengan bahan-bahan lain. Ragam hias yg dipergunakan biasanya diambil dari unsur tanaman, fauna, geometris, dan bentuk-bentuk figuratif.

       Beberapa teknik yg dapat digunakan dalam menerapkan ragam hias di bahan kayu mirip mengukir serta menggambar. Mengukir berarti ragam hias dibuat menggunakan cara permukaan kayu dipahat serta dibuat seperti relief. Teknik menggambar dirancang setelah benda atau barang seni terbentuk. Ragam hias di kayu seringkali dijumpai di pintu, ventilasi, bagian rumah eksklusif, serta bagian tiang tempat tinggal.

       Beberapa wilayah di Indonesia seperti Jawa, Sumatera, Kalimantan, Bali, Sulawesi, dan Papua memiliki karakteristik dan ciri khas sendiri dalam membuat ragam hias pada bahan kayu. Penempatan ragam hias pada bahan kayu bisa dilakukan pada bidang 2 serta tiga dimensi. Pada bidang 2 dimensi, ragam hias dapat dilakukan dengan menggambar atau melukis bagian atas bidangnya. Penerapan ragam hias pada bidang 2 dimensi mirip ragam hias di ukiran kayu, ditinjau pada sisi-sisi bangunan tempat tinggal adat  istiadat.

       Gambar di atas merupakan ragam hias dengan motif Majapahit berupa lung uket dengan daun angkup yang menelungkup pada lung pokok. Bagian kanan kiri serta bagian atas tumbuh daun terubusan atau semen.

       Penyusunannya secara berulang berderet mengikal ke kanan atau ke kiri dan sering simetris dalam mengisi bidang hiasnya. Penerapan ragam hias pada bahan kayu dibuat dengan cara mengukir. Penerapan ragam hias pada bahan kayu bisa dikembangkan di benda atau barang-barang kerajinan daerah mirip tameng dan  topeng. Ragam hias dikerjakan dengan  cara digambar diberi warna.

B.   Teknik Berkarya Dengan Bahan Kayu

       Berkarya menggunakan bahan kayu bisa dilakukan dengan cara mengukir serta menggambar atau melukis. Mengukir berarti membuat sayatan pada bagian atas kayu menggunakan alat pahat. Aktivitas melukis berarti menghasilkan gambar ragam hias dan  kemudian diberi warna. Ke 2 teknik ini memiliki mekanisme kerja yang tidak sama.

1.    Menggambar Ragam Hias ukiran kayu

Bentuk kayu ada yang berupa batangan dan  ada juga juga yang berbentuk papan. Kayu banyak jenisnya. Ada kayu yang mempunyai serat halus dan  ada yang kasar. Mengukir kayu harus memperhatkan alur seratnya. Sebelum kayu diukir, terlebih dahulu harus dibuatkan gambar ragam hiasnya.

       Bahan kayu menjadi media pada melukis ragam hias mempunyai sifat yang banyak menyerap cat. Penggunaan cat usahakan diulang-ulang supaya warna yang diinginkan terlihat lebih tepat. Pengulangan pengecatan bisa dilakukan sesudah cat sebelumnya telah kering. Beberapa prosedur dalam melukis bahan kayu sebagai berikut:

1. Menyiapkan alat lukis (kuas, palet, cat)
2. Menyiapkan bahan kayu (papan atau btg kayu)
3. Membuat sketsa ragam hias pada bahan kayu
4. Menggambar dengan pola ragam hias
5. Memberi warna pada ragam hias
6. Memberi cat pelapis (vernis)

                       Pemanfaatan hasil pembuatan motif hias pada bahan kayu dapat untuk menghias  pada dinding rumah kita, sehingga akan memberikan nuansa etnis yang kuat. Ragam hias dari ukuran yang sama, kemudian kita susun menjadi bentuk ragam hias yang bervariatif memberikan kesan yang estetis dan menambah nilai keindahan pada setiap ruangan di rumah. Sehingga siswa diharapkan dapat berlatih untuk membuat beragam motif hias untuk menghias ruangan.

2.    Mengukir kayu membentuk ragam hias

       Membentuk torehan pada kayu dengan gambar ragam hias tertentu adalah kegiatan pada saat mengukir. Sebelum mengukir, usahakan siswa wajib  mengenal terlebih dahulu alat dan bahan serta mekanisme kerjanya. Aktivitas mengukir di bahan kayu memiliki prosedur sebagai berikut:

a.    Menyiapkan alat dan  bahan

b.    Menentukan bentuk ragam hias sebagai  objek

c.     Membuat sketsa ragam hias pada bahan kayu

d.    Proses penyayatan/membentuk relief pada kayu menggunakan alat pahat

e.    Memberi  warna pada kayu


C.   Alat Utama Untuk Mengukir Kayu

       Alat primer untuk mengukir ada dua jenis mata pahat. Pertama yaitu, mata pahat mendatar dan  mata pahat melengkung. Penggunaan pahat wajib  disesuaikan dengan bentuk ragam hias yang akan diukir. Sedangkan alat pemukul yang dipergunakan pada kegiatan mengukir umumnya terbuat dari kayu.

 1. Jenis Pahat Ukir

a.    Penguku (pahat kuku) Istilah penguku muncul karena matanya yang melengkung meyerupai kuku manusia. Jenis pahat ini digunakan untuk bagian yang lengkung, melingkar, membentuk cekung, dan cembung.

b.    Penyilat (pahat lurus) Penyilat adalah pahat mata lurus. Jenis pahat ini digunakan untuk memahat bagian-bagian yang lurus, rata, datar, membuat dasaran, membuat siku-siku pada tepi ukiran dengan ukuran mata 2 mm hingga 3 cm.

c.   Pahat kol (1/2 bulatan) Pahat kol adalah jenis pahat yang mempunyai bentuk melengkung belahan V2 bulatan, digunakan untuk mengerjakan bagian-bagian cekung, yang tidak dapat dikerjakan dengan memakai pahat kuku. Pahat kol terbagi menjadi dua macam, antara lain pahat kol datar yang permukaannya datar dan punggungnya cembung dan pahat kol suru yang permukaannya cekung seperti suru dan punggungnya cembung dengan ukuran bervariasi dari 0,5 cm - 1,5 cm.

d.  Pangot (pahat miring) Jenis pahat ini berbentuk miring meruncing dan tajam sebelah. Pahat ini cocok digunakan untuk membersihkan sudut dan sela-sela ukiran untuk menyempurnakan bentuk-bentuk ukiran sehingga kelihatan rapi dan bagus dengan lebar antara 0,8 cm sampai 1,5 cm.

e.    Alat Bantu /Penunjang yaitu Paludari Kayu

f.    Peralatan yang dapat digunakan untuk membuat benda pakai maupun benda hias banyak ragamnya, seperti peralatan dasar pertukangan, serut (planner), gergaji, pahat, meteran, pensil, penggaris siku. Sementara alat untuk mengukir di antaranya, aneka jenis pahat ukir, serta palu kayu. 

D.   Teknik Berkarya

1.    Tahapan Mengukir Kayu

Sebelum mulai mengukir kayu, dibutuhkan pola atau rancangan yang ingin kita pindahkan ke atas kayu. Pola merupakan merupakan gambaran awal atau rencana benda yang akan kita kerjakan dalam bentuk gambar kerja. Gambar kerja yang baik harus menampilkan gambar tampak atas, tampak depan, tampak samping, dan tampak perspektif. Setelah kita dapatkan pola, langkah selanjutnya yang harus kita kerjakan, yaitu sebagai berikut.

a.    Ngethaki (memahat garis-garis ukiran) yaitu memahat garis bertujuan untuk memindahkan gambar pola ke benda kerja dan menyamakan gambar di atas kertas dengan gambar yang ada di permukaan kayu. Proses ini harus dilakukan dengan hati-hati dan teliti karena keterikatan ukurannya.

b.   Ndasari yaitu membentuk pola ukiran dengan menyesuaikan ciri-ciri dari masing-masing motif atau bentuk yang cekung dibuat cekung dan yang cembung dibuat cembung. Pada tahap ini, pemahat harus tahu dengan pasti bentuk dan karakter dari motif yang diinginkan pada gambar.

c.    Membuka permukaan kayu (mbukaki)

Proses ini adalah membentuk pahatan pada motif batang, daun, dan bunganya. Memahat dengan tujuan menurunkan bagian-bagian gambar ukiran yang dikehendaki menurut besar-kecilnya gambar dan tebal-tipisnya kayu.

d.    Nggrabahi yaitu melanjutkan pekerjaan membuka permukaan kayu (mbukaki) dengan membentuk ukiran yang belum sempurna, sekaligus menentukan dangkal serta timbul dan cekungan daun ukiran

e.    Menghaluskan dan menyempurnakan

Setelah pekerjaan selesai, pada dasarnya untuk menjadikan barang tersebut menjadi barang yang menarik pengukir harus mengecek masing-masing motif, apakah terjadi kejanggalan atau tidak. Jika terjadi kejanggalan, maka perlu diperbaiki sehingga hasil pahatan atau ukiran akan kelihatan bersih dari kotoran dan bersih dari sisa pahatan.

f.      Matuti yaitu untuk memperoleh hasil ukiran yang baik,.tidak bisa terlepas dari rancangan desain atau gambar awal. Kesamaan bentuk dan ketepatan dari masing-masing motif harus dibuat luwes dengan memperhatikan karakter serta gambar pada ukirannya.

g.    Mbenangi adalah proses membentuk benangan atau garis pada motif batang, daun, dan bunga, serta membentuk garis pada sekukan daun dan bunga. Disebut mbenangi karena besar pahatannya sebesar benang sehingga tinggal menyesuaikan besar-kecilnya ukiran yang kita buat. Memberi hiasan atau memberi aksen pada daun ukiran, mencoret dengan menggunakan pahat "V" agar hasil pahatan lebih indah.

h.    Mecahi dilakukan jika pola gambar menuntut detail dengan tujuan agar daun ukiran lebih hidup atau lebih indah.

i.      Finishing (penyelesaian akhir)

Penyelesaian akhir merupakan pekerjaan akhir dari tahapan pengerjaan ukir kayu. Finishing bertujuan untuk meningkatkan nilai produk suatu barang, baik nilai keawetan, nilai keindahan, maupun nilai ekonomis. Secara umum, manfaat dari finishing adalah untuk meningkatkan nilai keindahan, meningkatkan keawetan, meningkatkan nilai kekuatan terhadap gesekan dan pukulan, meningkatkan nilai guna bahan baku kayu, dan meningkatkan nilai ekonomis suatu produk. Teknik finishing yang biasa diterapkan pada ukir kayu yaitu politur.

Politur merupakan penyelesaian akhir dengan menggunakan bahan yang terdiri atas seriak spiritus dan bahan pewarna. Bahan pewarna yang digunakan adalah bahan yang larut dalam air, misalnya oker, warna emasan dalam bentuk serbuk halus, naptol, jelaga, dan lain-lain. Akan tetapi, sekarang sudah banyak bahan finishing yang siap digunakan seperti aqua politur. 


Sumber : Modul Seni Budaya SMP Semester 2. Wijayakusuma. Cilacap. 2018

Rabu, 28 Oktober 2020

Kesimpulan dan Refleksi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara

Assalamualaikum wr. Wb. Salam dan Bahagia.

Selamat datang kembali para pembaca setia blog ini. Selamat datang juga kepada para pengunjung yang baru akan membaca tulisan-tulisan di blog sederhana ini.

Postingan saya kali ini agak berbeda dengan tema atau kenten-konten sebelumnya. Konten kali ini merupakan sintesis dan refleksi pengetahuan dan pengalaman baru yang saya pelajari dari pemikiran Ki Hadjar Dewantara. Sintesis dan refleksi ini merupakan salah satu tugas dalam kegiatan pendidikan calon guru penggerak angkatan 1 (satu) tahun 2020 yang sedang saya ikuti.

Ada 3 (tiga) point sintesis dari berbagai materi yang telah saya pelajari yaitu :

1. Keyakinan saya cukup kuat bahwa setiap siswa memiliki profil kepribadian, minat, bakat, dan kemampuan yang berbeda-beda. Sehingga pembelajaran yang saya kelola harus bisa mengakomodir, memfasilitasi, dan memotivasi siswa yang berbeda-beda tersebut, dapat tumbuh dan berkembang jasmani dan rohaninya, dapat meraih prestasi sesuai dengan bakat dan minatnya. Singkatnya dengan pengetahuan dan keyakinan itu saya berniat menerapkan pembelajaran berdiferensiasi dan menerapkan prinsip-prinsip pendidikan yang sesuai dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara, diantaranya:

  • Dalam pembelajaran siswa mengalami proses tringo (ngerti, ngarasa, nglakoni) yang mana hal tersebut  selaras dengan trilogi cipta, rasa, karsa.
  • Menerapkan trilogi ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tutwuri handayani.

Dalam perjalanan mewujudkan hal itu, saya mengalami dinamika semangat, idealisme dan kepercayaan diri yang fluktuatif. Karena cukup kompleks dan  berat tantangan yang harus dihadapi. Dan terlalu banyak untuk diuraikan satu persatu di sini. Meski demikian keyakinan dan niat saya belum pupus, meski tertatih saya terus bergerak maju. Mewujudkannya .

2. Setelah saya mempelajari modul, meninjau ulang pembelajaran 1– 6, menyimak beberapa penjelasan, mengikuti alur pembelajaran, dan mengamati bagaimana instruktur dan fasilatator mengelola pembelajaran melalui Learning Management System dan Web Meeting dalam program pendidikan guru penggerak. Saya merasa dan berpikir bahwa saya sedang mengikut dan berada disebuah alur merdeka belajar. Inilah salah satu model pembelajaran yang mencerminkan pemikiran Ki Hajar Dewantara. Sebuah alur merdeka belajar yang akan saya terapkan dalam proses pembelajaran. Hal ini pulalah yang meneguhkan kembali kepercayaan diri dan semangat saya untuk mewujudkan keyakinan saya tersebut diatas. Selain itu saya mendapat wawasan yang lebih luas dan berkeyakinan bahwa apapun tantangan, hambatan, dan keadaanya, siklus MERRDEKA yang merupakan model pembelajaran berbasis pengalaman tetap bisa dijalankan minimal di kelas mata pelajaran saya. Apalagi dengan perkembangan teknologi seperti saat ini, tentu akan sangat sangat mendukung.

3. Dari dua pemikiran di atas maka sebuah perubahan kecil yang dapat saya lakukan segara adalah menerapkan siklus MERRDEKA dalam pembelajaran seperti yang saya alami dalam pendidikan guru penggerak ini. Model pembelajaran berbasis pengalaman dengan siklus MERRDEKA yang dimaksud bahwa proses pembelajaran siswa akan melalui tahapan : Mulai dari Diri, Eksplorasi Konsep, Ruang Kolaborasi, Refleksi Terbimbing, Demonstrasi Kontekstual, Elaborasi Pemahaman, Koneksi Antarmateri, dan diakhiri dengan Aksi Nyata.

Demikian tulisan singkat tentang sintesis dan refleksi pengetahuan dan pengalaman baru yang saya pelajari dari pemikiran Ki Hadjar Dewantara. Semoga bermanfaat salam literasi, salam dan bahagia.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

_________________________________________________

|CGP 20-F Eko Widianto | SMP Negeri 3 Maos - Cilacap|

Jumat, 16 Oktober 2020

MENGGAMBAR KOMIK

Komik adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar – gambar tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk jalinan cerita ( wikipedia bahasa Indonesi ) Komik merupakan sarana menyampaikan pesan melalui gambar dan dialog, gambar dan dialog merupakan kesatuan yang utuh, dalam komik juga menampilkan tokoh dan karakter. Komik juga sering disebut cerita bergamba, komik dibuat dengan dengan berbagai macam ukuran sesuai dengan kebutuhan . Komik biasanya dicetak diatas kertas dan dilengkapi dengan teks. Komik dapat diterbitkan dalam berbagai bentuk dari mulai strip dalam koran, majalah hingga berbentuk buku. Komik yang dibuat berbentuk buku dan ada juga dibuat dengan cerita dalam bentuk selembar kertas aja. Menggambar komik memerlukan ketelitian dan ketekunan dalam membangun karakter dan tokoh dalam cerita. Ciri utama komik mempunyai sifat menarik perhatian mata sehingga berbagai tokoh dan karakter dapat menarik perhatian pembaca.

        Komik memiliki fungsi menyampaikan pesan singkat dengan menggunakan kata dan gambar. Dalam menggambar komik perlu adanya kesatuan utuh antara gambar dan kata yang akan ditampilkan, kata yang ditulis sesingkat mungkin tetapi memiliki pesan kuat dan jelas.
Sejarah komik di Indonesia dimulai sekitar tahun 1930 an, secara garis besar komik dibagi menjadi dua kategori komik strip dan buku komik. Bapak komik Indonesia adalah R. A Kosasih, yang berhasil membawa kisah epik Mahabarata dan wayang ke dalam media komik. Kejayaan komik Indonesia pada periode 1960 – 1970 an banyak lahir komikus    pada jaman itu diantaranya R.A. Kosasih, Ganes TH ( Si buta dari gua hantu ) Hasmi ( Gundala putra petir ) Wid NS (Godam ) Hans Jaladara (  Panji Tengkorak ) Djair ( Jaka Sembung ) Jan Mintaraga ( Rio Purbaya ) .Ada tema besar pada periode itu  silat, romance, dan superhero.  Roman di motori Jan Mintaraga, silat Ganesh TH, dan superhero oleh Hasmi dan Wid NS.

        Pada tahun 1980 an merupakan periode suram untuk komik di indonesia, serbuan komik asing ke Indonesia  serta berkurangnya daya saing komikus Indonesia. Pada masa ini hanya komik strip yang masih eksis pada harian nasional hingga saat ini adalah Panji Koming karya Dwi Koen.

A. Syarat menggambar komik
1. Menentukan topik dan tujuan 
Penentuan tema  merupakan langkah awal dalam menggambar komik, berdasarkan tema tersebut kemudian kita pikirkan visualisasi dan kata yang tepat. Pada penentuan topik dan tujuan disertai juga untuk penentuan tokoh dan karakter yang akan di buat pada komik tersebut. Tema untuk komik misalnya  persahabatan , kejujuran, lingkungan sosial dan lain sebagainya tetapi juga bisa mengambil dari cerita yang sudah ada.(misalnya cerita rakyat)

2. Membuat Kalimat singkat dan mudah diingat
Sesuai dengan fungsinya untuk menyampaikan pesan kepada orang yang melihatnya maka kata yang dipilih harus singkat dan berkesan dan gambar mendukung pesan tersebut. Buatlah kalimat yang jelas serta menarik perhatian orang untuk membaca komik tersebut

3. Menggunakan Gambar
Penggunaan gambar dapat disesuaikan dengan memperhatikan tokoh dan karakter yang ingin dibuat. Proporsi penggunaan gambar dan kalimat disesuaikan dengan kebutuhan cerita yang akan disampaikan. Penggunaan warna diusahakan yang mencolok sehingga mengundang perhatian untuk membacanya.

4. Menggunakan Media yang tepat
Menggambar komik media yang digunakan dapat disesuaikan dengan kebutuhan , karena sekarang sudah banyak media  untuk menggambar komik. Menggambar komik dapat dilakukan tidak hanya menggunakan peralatan dan bahan sepeti membuat gambar atau lukisan tetapi dapat menggunakan alat bantu komputer.

a. Pensil 
Pensil yang dipergunakan untuk menggambar ada dua macam yaitu berkode B dan berkode H. Pensil berkode B mempunyai sifat lunak dan hitam ( 2B, 3B, 4B, 5B, 6B ) sedangkan pensil berkode H mempunyai sifat keras dan cocok untuk menggambar mistar, disamping itu ada juga pensil bersifat sedang berkode HB.
 
b. Pensil Warna 
Pensil warna sekarang sudah banyak ragam dan jenisnya serta mereknya, pensil warna sangat mudah di pergunakan dan menghasilkan warna yang halus, maka tak jarang anak anak banyak menggunkannya. Seiring kemajuan jaman pensil warna dapat dipadukan dengan air sehingga hasilnya menyerupai cat air.
 
c. Cat Air
Cat air sering juga disebut dengan istilah Water colour , cat ini mempunyai sifat transparan, hasil pewarnaannya tipis – tipis.
 
d. Crayon /pastel
Pewarna ini berbentuk batangan seperti pensil, krayon dibuat dari bahan lilin berwarna , talk atau kapur. pemakainannya mudah dan  banyak digunakan anak anak dan juga seniman.
 
c. Cat Poster
Cat poster sering disebut cat plakat karena sifatnya  plakat/ menutup secara  merata pada permukaan kertas yang di gunakannya.
 
B. Ciri-ciri Komik

        Sebagaimana halnya dengan buku bacaan fiksi (dalam hal tertentu juga nonfiksi). Komik memiliki beberapa ciri ciri, adapun cirinya antara lain: komik hadir untuk menyampaikan cerita. Namun, berbeda halnya dengan bacaan fiksi dan nonfiksi yang menyampaikan cerita dengan terks verbal, komik hadir lewat gambar dan bahasa, lewat teks verbal dan nonverbal sekaligus. Keterkaitan antara terks verbal dan nonverbal dalam komik sedemikian erat dan tidak dapat dipisahkan tanpa kehilangan roh cerita. Cerita dan pesan yang ingin disampaikan juga diungkapkan lewat gambar dan bahasa, maka gambar-gambar yang ditampilkan ke dalam bentuk panel-panel itu mesti berurutan, yang satu hadir sesudah yang lain dan berhubungan secara makna. 

        Dalam cerita komik panel-panel gambar lebih dominan daripada teks verbal, dan bahkan banyak panel gambar yang sudah berbicara tanpa unsur bahasa atau dengan unsur bahasa yang terbatas.

a. Bersifat Proposional
Komik mampu membuat pembaca terlibat secara emosional dalam membaca komik. Pembaca seperti ikut berperan dan terlibat dalam komik menjadi pelaku utama.

b. Bahasa Percakapan
Bahasa yang digunakan dalam komik biasanya bahasa percakapan sehari-hari,jadi pembaca mudah mengerti dan memahami bacaan komik. Bahasa komik tidak menggunakan bahasa yang sulit untuk dipahami pembaca.

c. Bersifat Kepahlawanan
Umumnya isi cerita yang ada didalam komik,akan cenderung membuat pembaca mempunyai rasa ataupun sikap kepahlawanan.

d. Penggambara Watak
Penggambaran watak dalam komik, digambarkan secara sederhana. Penggambaran secara sederhana dilakukan agar pembaca mudah mengerti karakteristik tokoh-tokoh yang terlibat dalam komik tersebut.

e. Menyediakan Humor
Humor kasar yang tersaji dalam komik akan mudah dipahami seseorang karena memang humor tersebut sering ada dimasyarakat.

C. Jenis-jenis Komik

Sama halnya dengan berbagai genre sastra anak yang lain, komik juga dapat dibedakan ke dalam beberapa kategori. 
Dilihat dari segi bentuk penampilan atau kemasan, komik dibedakan menjadi 3, yaitu :

1. Komik strip (comic strip)
Merupakan komik yang hanya terdiri dari beberapa panel gambar saja, namun dilihat dari segi isi telah mengungkapkan sebuah gagasan yang utuh. Tentu saja karena gambarnya hanya sedikit dan gagasan yang disampaikan juga tidak terlalu banyak, lazimnya hanya melibatkan satu focus pembicaraan seperti tanggapan terhadap berbagai peristiwa dan isu-isu mutakhir. Komik strip secara mudah ditemukan dalam berbagai majalah anak dan surat kabar seperti majalah bobo dan kids fantasi.

2. Komik buku 
Yakni komik yang dikemas dalam bentuk buku dan satu buku biasanya menampilkan sebuah cerita yang utuh. Komik-komik buku biasanya berseri dan satu judul buku komik sering muncul berpuluh seri dan seperti tidak ada habisnya. Komik-komik tersebut ada yang memang menampilkan cerita yang berkelanjutan, tetapi ada juga yang tidak. Maksudnya, antara komik seri sebelum dan sesudah tidak ada kaitan peristiwa dan konflik yang mempunyai sebab akibat. 

3. Komik humor dan petualangan
Komik ini termasuk komik yang sangat digemari oleh anak-anak. Komik humor adalah komik yang secara isi menampilkan sesuatu yang lucu yang mengandung pembaca untuk tertawa ketika menikmati komik tersebut. Aspek kelucuan atau humor dapat diperoleh lewat berbagai cara baik lewat gambar-gambar maupun lewat kata-kata. Komik humor biasanya menampilkan gambar-gambar yang lucu baik dilihata dari segi potongan, ukuran tubuh, tampang, proporsionalitas bagian-bagian tubuh maupun bentuk-bentuk bagian tubuh yang lebih sering terlihat aneh.
Komik petualangan adalah komik yang menampilkan cerita petualangan tokoh-tokoh cerita dalam rangka mencari, mengejar, membela, memperjuangkan, perkelahian atau aksi-aksi lain yang termasuk dalam aksi petualangan. Komik ini menampilkan dua kelompok tokoh, yakni kelompok baik dan kelompok jahat, yang berseberangan memperebutkan sesuatu atau mempertahankan perinsip-prinsip masing-masing dan hamper dipastikan kelompok baiklah yang selalu memenangkan perkelahian itu walaupun sebelumnya banyak terjadi kesulitan.

4. Komik biografi dan komik ilmiah.
Komik biografi dimaksudkan sebagai kisah hidup seorang tokoh sejarah yang ditampilkan dalam bentuk komik. Biografi tokoh yang bersangkutan biasanya telah ditulis dalam bentuk buku biografi yang semata-mata menggunakan lambang verbal. Komik ini selalu berkaitan dengan aspek lain sesuai dengan ketokohan tokoh yang dikomikkan misalnya, aspek sejarah, seni, religious, dan lain-lain.
Komik ilmiah merupakan campuran antara narasi dan komik, dalam komik ilmiah tekanan ada pada proses penemuan dan barang temuannya. Contoh buku campuran narasi dan komik dalam seri penemuan yang dimaksud antara lain penemuan telepon, penemuan televise, penemuan pesawat terbang, penemuan mobil penemuan film, dan lain-lain. Buku tentang komik yang ditulis dengan kemasan komik Understanding Comics (Scott McCloud) yang dirujuk pada tulisan ini tampaknya dapat dikategorikan sebagai komik ilmiah murni karena lebih banyak berisi uraian konseptual dan tanpa unsure biografi tokoh.

Pembagian komik berdasarkan jenis cerita terbagi menjadi 4 macam yaitu  :
1. Komik Edukasi                        
Komik edukasi memiliki 2 fungsi pertama adalah fungsi hiburan. Kedua dapat dimanfaatkan baik langsung maupun tidak langsung  untuk tujuan edukatif. Hal ini karena kedudukan komik yang semakin berkembang ke arah yang baik karena masyarakat sudah menyadari nilai komersial dan nilai edukatif yang biasa dibawanya.

2. Komik Promosi (Iklan)
Komik juga mampu menumbuhkan imajinasi yang selaras dengan dunia anak, Sehingga muncul pula komik yang dipakai untuk keperluan promosi sebuah produk. Visualisasi komik promosi ini biasanya menggunakan figur superhero.

3. Komik wayang
Komik wayang berarti komik yang bercerita tentang cerita wayang, yaitu Mahabharata yang menceritakan perang besar antara Kurawa dan Pandawa maupun cerita Ramayana yang bercerita tentang penculikan Dewi Shinta. Komik jenis ini di Indonesia muncul di tahun 60-70-an dengan beberapa komik yang mengawali masa ini yaitu; Lahirnya Gatotkatja (Keng Po), Raden Palasara karya Johnlo, Mahabharata karya R.A Kosasih yang sangat terkenal terbitan melodi dari Bandung.

4. Komik Silat
Komik silat sangatlah popular, karena tema-tema silat yang didominasi oleh adegan laga atau pertarungan sampai saat ini masih menjadi idola. Misalkan Jepang dengan ninja dan samurainya atau China dengan kungfunya. Sebut saja Naruto.

Macam-macam komik lainnya,yaitu:
1. Komik Kartun/Karikatur
Dimana komik yang isinya hanya berupa satu tampilan, komik ini didalamnya berisi beberapa gambar tokoh yang digabungkan dengan tulisan- tulisan. Tujuan komik ini biasanya mengandung unsur kritikan, sindiran, dan humor. Sehingga dari gambar(kartun/tokoh) dan tulisan tersebut mampu memberikan sebuah arti yang jelas sehingga pembaca dapat memahami maksud dan tujuannya dari komik tersebut.

2. KomikPotongan
Komik potongan adalah penggalan-penggalan gambar yang di gabungkan menjadi satu bagian / sebuah alur cerita pendek (cerpen). Tetapi  isi dari ceritanya tidak harus selesai disitu bahkan ceritanya bisa di buat bersambung dan di buat sambungan ceritanya lagi. Komik ini biasanya terdiri dari 3-6 panel bahkan lebih. Komik Potongan (Comic Strip) ini biasanya disodorkan dalan tampilan harian atau mingguan disebuah surat kabar, majalah maupun tabloid/buletin. Penyajian komik potongan ini ceritanya  juga dapat berisi cerita yang humor, cerita yang serius nan asik untuk dibaca setiap epsisodenya hingga tamat ceritanya.

3. Komik Tahunan
Komik ini biasanya terbit setiap satu bulan sekali bahkna bisa juga satu tahun sekali. Penerbit biasanya akan menerbitkan buku- buku komik baik itu cerita putus maupun serial putus.

4. Komik Onlinew (Web Online)
Selain media cetak, adapula media online. Dengan adanya media Internet jangkauan pembacanya bisa lebih luas daripada media cetak. Komik Online lebih menguntungkan daripada komik media cetak, karena dengan biaya yang sangat relatif lebih murah kita bisa menyebar luaskan komik yang bisa dibaca siapa saja.

5. Buku Komik
Buku komik adalah suatu cerita yang berisikan gambar- gambar, tulisan, dan cerita yang dikemas dalam sebuah buku. Buku komik ini sering kita jumpai bahkan mungkin sering kita baca. Buku komik sering disebut sebagai komik cerita pendek, yang biasanya di dalam komik ini berisikan 32 halaman tetapi ada juga komik yang berisi 48 halaman dan 64 halaman. Komik ini biasanya berisikan cerita lucu, cerita cinta (cerita remaja), super hero (pahlawan).

Sumber : Modul Seni Budaya Kelas VIII Sem 2. Wijayakusima. 2018

Rabu, 14 Oktober 2020

SENI GRAFIS


Pengertian Seni Grafis

       Secara bahasa , kata grafis berakar dari kata latin graphicus yang berkaitan dengan lukisan, gambar atau tulisan, ataupun dari bahasa Yunani dari kata graphein yang  berarti menulis. Sedangkan dalam bahasa Inggris yaitu graphics yang artinya segala cara pengungkapan dan perwujudan dalam bentuk huruf,tanda, dan gambar yang diperbanyak melalui proses pencetakan guna disampaikan kepada khalayak. Pendapat lainnya bahwa seni grafis adalah cabang seni rupa yang proses pembuatan karyanya menggunakan teknik cetak, biasanya di atas kertas. Prosesnya mampu menciptakan salinan karya yang sama dalam jumlah banyak.

       Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seni grafis adalah salah satu bidang seni rupa yang bergerak pada bidang percetakan, baik percetakan yang berupa teknik manual maupun yang sudah digital yang proses pembuatannya menggunakan teknik cetak, biasanya di atas kertas. Keuntungannya karya dapat dibuat dalam dalam jumlah yang banyak dengan hasil yang sama. Tiap salinan karya dikenal sebagai “impression”.

Sejarah Awal Grafis di Indonesia

       Bentuk grafis sebenarnya sudah muncul pada masa prasejarah, dengan ditemukannya gambar-gambar di Goa leang-leang Sulawesi yang berupa cap-cap tangan dengan warna-warni yang sangat matang. Namun pada saat itu, manusia prasejarah menjadikan kegiatan berekspresi sesaat, bukan untuk kepentingan seni seperti saat ini. Manusia prasejarah membuat cap-cap tangan menggunakan pewarna dari darah, bubuk tulang, hasil binatang buruan yang dicampur dengan tanah. Mereka menjadikan dinding goa sebagai bidang media untuk menyalurkan ekspresi mereka. Walau hasilnya masih sederhana, tetapi karya tersebut menjadikan bukti bahwa grafis sudah dikenal sejak zaman prasejarah.

       Pada awalnya seni grafis termasuk dalam seni murni (fine art) dalam bentuk dua dimensi karena berdasarkan fungsinya hanya untuk kepuasan bathin saja. Seni grafis memberikan ruang kebebasan berekspresi untuk para senimannya. Namun perkembangannya sampai dengan sekarang, grafis dapat diterapkan pada sebuah benda yang berfungsi sebagai seni terapan.

        Di zaman sekarang, grafis mempunyai fungsi yang multiguna, banyak dimanfaatkan untuk kepentingan dan kebutuhan manusia baik berupa benda fungsional atau benda-benda seni lainnya.

Karakteristik Seni Grafis

       Karya seni grafis memiliki karakteristik yang khas. Ada 4 karakteristik seni grafis diantaranya yaitu:

1.    Karya yang dihasilkan bisa lebih dari satu, karena karya dapat direproduksi

2.    Karya seni grafis merupakan hasil karya cetak bukan hasil karya goresan tangan

3.    Karya seni grafis ditentukan oleh proses/teknik cetak yang digunakan artinya setiap karya seni grafis memiliki karakter sesuai dengan tekniknya

4.    Karakter karya ditentukan oleh jenis media yang digunakan.

Cetakan dalam seni grafis dibuat dari permukaan sebuah bahan, yang umum digunakan adalah plat logam (tembaga atau seng) biasanya untuk etsa/engraving, kemudian batu untuk litografi, dan papan kayu untuk cukil kayu (woodcut) dan lain-lain. Tiap-tiap hasil cetakan biasanya dianggap sebagai karya seni orisinil, bukan sebuah salinan. Karya-karya yang dicetak dari sebuah plat menjadikan sebuah edisi, pada masa seni rupa modern,masing-masing karya ditandatangani dan diberi nomor untuk menandai bahwa karya seni tersebut adalah edisi terbatas.

Media dalam seni grafis

      Seniman grafis berkarya menggunakan berbagai macam media dari yang tradisional sampai yang kontemporer. Diantara media yang digunakan ada tinta berbasis air, cat air, tinta berbasis minyak, pastel minyak, dan pigmen padat yang larut dalam air seperti crayon Caran D’Ache.  

       Kemudian diperlukan juga media dalam bentuk bahan dan alat yang digunakan dalam proses pembuatan suatu karya seni grafis. Media dalam seni grafis biasanya berbentuk cetakan yang dibuat dari permukaan sebuah bahan. Karya grafis dibuat di atas permukaaan yang biasa disebut dengan Plat.

Bahan-bahan yang umum digunakan dalam pembuatan seni grafis antara lain sebagai berikut:

1.    Plat logam seperti: tembaga,seng untuk etsa

2.    Batu untuk litografi (lembaran linoleum)

3.    Papan kayu untuk woodcut/cukil kayu

4.    Lembaran kaca akrilik

Selain media seperti di atas, ada juga bahan yang dapat digunakan sebagai cetakan yang berasal dari bahan alami lainnya seperti kentang, wortel dan beberapa jenis bahan alami lainnya.Bahan tersebut dibentuk ada permukaan yang ditimbulkan sebagai bagian yang terkena tinta atau cat. Bahan ini termasuk cetak tinggi.

Teknik Seni Grafis

      Dalam proses cetak-mencetak ada beberapa prinsip dasar teknik mencetak. Prinsip dasar seni grafis berdasarkan pada perbedaan klisenya dikategorikan menjadi beberapa macam yaitu sebagai berikut:

1.    Cetak Tinggi/Timbul (relief print) disebut juga raised printing yang berarti cetak timbul yaitu cetakan yang memiliki permukaan yang timbul, permukaan tersebut merupakan sarana atau tempat yang akan diberi warna, klise dibuat tinggi rendah bagian yang tinggi akan terkena tinta, jadi bagian yang mempunyai permukaan yang tinggi akan dilumuri dengan tinta cetak dan rol karet, sehingga akan membentuk gambar yang sesuai dengan cetakannya.

Hasil cetak tinggi/timbul ada 3 macam yaitu:

a.    Cetakan positif artinya gambar berwarna tinta yang digunakan dengan dasar warna putih sebagai bidang cetak yang digunakan

b.    Cetakan negatif artinya gambar berwarna dasar bidang cetak warna putih dengan dasar tinta yang digunakan warna hitam

c.     Cetak kombinasi artinya kedua jenis cetakan tersebut hadir pada satu karya.

      

        Dalam relief print ada juga yang dinamakan dengan cukil kayu yaitu salah satu teknik cetak relief, yang merupakan teknik seni grafis paling awal, dan merupakan satu-satunya yang dipakai secara tr

2.    Cetak Datar

Cetak  Datar yaitu memiliki permukaan datar namun ada bagian yang menolak tinta dan ada bagian yang menerima tinta sebagai penghasil gambar.

Cetak datar merupakan jenis grafis yang cara memperbanyak hasilnya dengan memakai media cetakan yang memiliki permukaan datar atau rata.

3.    Cetak Tembus

Cetak Tembus (stencil print) yaitu cetakan yang memanfaatkan media kertas saring atau screen. Cetak tembus sering dinamakan cetak sablon. Warna akan keluar dari media screen yang sudah diafdruk berupa tulisan atau gambar yang akan dicetak pada permukaan kertas atau kain dan lain-lain.

       Cetak sablon atau serigrafi menciptakan warna padat dengan menggunakan teknik stensil. Mula-mula seniman menggambar berkas pada selembar kertas atau plastik (kadang-kadang dipakai juga film.) Gambar kemudian dilubangi untuk menciptakan stensil. (Bagian yang berlubang adalah bagian yang akan diwarnai.)

       Sebuah screen dibuat dari selembar kain (asalnya dulu menggunakan sutra) yang direntangkan pada rangka kayu. Selanjutnya stensil ditempelkan pada screen. Kemudian screen diletakkan di atas kertas kering atau kain.

       Tinta dituangkan di sisi dalam screen. Sebuah rakel dari karet digunakan untuk meratakan tinta melintasi screen, di atas stensil, dan menuju ke kertas atau kain. Screen diangkat ketika gambar sudah ditransfer ke kertas/kain.

       Tiap warna memerlukan stensil yang terpisah. Screen bisa dipakai lagi setelah dibersihkan.

4.    Cetak Dalam

       Cetak Dalam (Intaglio print) yaitu bagian yang dijadikan sebagai penghantar tinta adalah bagian yang dalam atau yang tenggelam dari permukaan dasar.    Cetak dalam merupakan kebalikan dari cetak tinggi. Disebut cetak dalam karena bagian yang dijadikan sebagai penghantar tinta adalah bagian yang dalam.

       Cetak dalam adalah jenis grafis yang cara pembuatannya memakai plat alumunium, lalu plat itu dibentuk memakai benda tajam supaya bisa menghasilkan goresan yang dalam. Kemudian goresan dalam plat alumunium diberi tinta dan di atasnya diletakan kertas yang telah basah. Tinta tersebut akan melekat pada kertas, sesuai dengan bentuk goresan yang ada pada plat alumunium.

5.    Etsa

       Etsa adalah bagian dari kelompok teknik intaglio bersama dengan engraving, drypoint, mezzotint dan aquatint. Proses ini diyakini bahwa penemunya adalah Daniel Hopfer (sekitar 1470-1536) dari Augsburg, Jerman, yang mendekorasi baju besinya dengan teknik ini. Etsa kemudian menjadi tandingan engraving sebagai medium seni grafis yang populer. Kelebihannya adalah, tidak seperti engraving yang memerlukan ketrampilan khusus dalam pertukangan logam, etsa relatif mudah dipelajari oleh seniman yang terbiasa menggambar.

       Hasil cetakan etsa umumnya bersifat linear dan seringkali memiliki detail dan kontur halus. Garis bervariasi dari halus sampai kasar. Teknik etsa berlawanan dengan teknik cukil kayu, pada etsa bagian permukaan tinggi bebas tinta, bagian permukaan rendah menahan tinta.

       Mula-mula selembar plat logam (biasanya tembaga, seng atau baja) ditutup dengan lapisan semacam lilin. Kemudian seniman menggores lapisan tersebut dengan jarum etsa yang runcing, sehingga bagian logamnya terbuka. Plat tersebut lalu dicelupkan dalam larutan asam atau larutan asam disapukan di atasnya. Asam akan mengikis bagian plat yang digores (bagian logam yang terbuka/tak terlapisi). Setelah itu, lapisan yang tersisa dibersihkan dari plat, dan proses pencetakan selanjutnya sama dengan proses pada engraving.

       Etsa atau Etchant, adalah proses dengan menggunakan larutan asam kuat untuk mengikis bagian permukaan logam yang tak terlindungi untuk menciptakan desain pada logam. Sebagai metode dalam seni grafis, Etsa merupakan teknik paling penting dalam sejarah karya seni grafis Barat (old master prints) dan masih tetap banyak digunakan sampai sekarang.

Sebagai contoh seperti gambar dibawah ini, dalam pembuatannya menggunakan teknit Etsa untuk menciptakan kedalaman pada bidang lekukan.

6.    Aquatint

       Aquatint Adalah variasi dari etsa. Seperti etsa, aquatint menggunakan asam untuk membuat gambar cetakan pada plat logam. Pada teknik etsa digunakan jarum untuk menciptakan garis yang akan menjadi warna tinta pekat, aquatint menggunakan serbuk resin yang tahan asam untuk menciptakan efek tonal.

Kebanyakan karya-karya grafis Fransisco Goya menggunakan teknik aquatint.

7.    Drypoint

       Drypoint Merupakan variasi dari engraving, dikerjakan dengan alat runcing, bukan dengan alat burin berbentuk "v". Sementara garis pada engraving sangat halus dan bertepi tajam, goresan drypoint meninggalkan kesan kasar pada tepi garis. Kesan ini memberi ciri kualitas garis yang lunak, dan kadang-kadang berkesan kabur, pada drypoint. Karena tekanan alat press dengan cepat merusak kesan tersebut, drypoint hanya berguna untuk jumlah edisi yang sangat kecil; sekitar sepuluh sampai duapuluh karya. Untuk mengatasi ini, penggunaan electro-plating (pelapisan secara elektrik dengan bahan logam lain) telah dilakukan sejak abad sembilanbelas untuk mengeraskan permukaan plat.

       Teknik ini kelihatannya ditemukan oleh seorang seniman Jerman selatan abad limabelas yang memiliki julukan Housebook Master, di mana semua karya-karyanya menggunakan drypoint. Di antara seniman old master print yang menggunakan teknik ini: Albrecht Dürer memproduksi 3 karya drypoint sebelum akhirnya berhenti menggunakannya; Rembrandt sering menggunakannya, tetapi biasanya digabungkan etsa dan engraving.

8.    Mezzotint

       Salah satu cara lain dalam teknik intaglio di mana plat logam terlebih dahulu dibuat kasar permukaannya secara merata; gambar dihasilkan dengan mengerok halus permukaan, menciptakan gambar yang dibuat dari gelap ke terang. Mungkin juga menciptakan gambar hanya dengan mengkasarkan bagian tertentu saja, bekerja dari warna terang ke gelap.

       Mezzotint dikenal karena kualitas tone-nya yang kaya: pertama, karena permukaan yang dikasarkan secara merata menahan banyak tinta, menghasilkan warna cetak yang solid; kedua, karena proses penghalusan tekstur dengan menggunakan burin, atau alat lain menghasilkan gradasi halus untuk mengembangkan tone.

       Metode mezzotint ditemukan oleh Ludwig von Siegen (1609-1680). Proses ini dipakai secara luas di Inggris mulai pertengahan abad delapanbelas, untuk mereproduksi foto dan lukisan.

9.    Litografi

       Litografi adalah teknik yang ditemukan pada tahun 1798 oleh Alois Senefelder dan didasari pada sifat kimiawi minyak dan air yang tak bisa bercampur. Digunakan permukaan berpori, biasanya sejenis batu yang disebut limestone/batu kapur; gambar dibuat pada permukaan batu dengan medium berminyak. Kemudian dilakukan pengasaman , untuk mentransfer minyak ke batu, sehingga gambar 'terbakar' pada permukaan. Lalu dilapisi gum arab, bahan yang larut air, menutupi permukaan batu yang tidak tertutupi medium gambar (yang berbasis minyak).

       Batu lantas dibasahi, air akan berada pada bagian permukaan yang tidak tertutup medium gambar berbasis minyak tadi; selanjutnya batu di-roll dengan tinta berbasis minyak ke seluruh permukaan; karena air menolak sifat minyak pada tinta maka tinta hanya menempel pada bagian gambar yang berminyak. Kemudian selembar kertas lembap diletakkan pada permukaan, image/gambar ditransfer ke kertas dengan menggunakan alat press.

       Teknik litografi dikenal dengan kemampuannya menangkap gradasi halus dan detail yang sangat kecil.

Variasi dari teknik ini adalah foto-litografi, di mana gambar ditangkap lewat proses fotografis pada plat logam; kemudian pencetakan dilakukan dengan cara yang sama.


10.  Cetak Digital

       Cetak Digital biasanya menggunakan peralatan seperti kamera foto, komputer, tablet dan lain-lain. Hasil dari cetak digital biasanya menggunakan bahan yang bervariasi seperti pada kertas, kain atau kanvas plastik.

Cetak digital merujuk pada image/citra yang diciptakan dengan komputer menggunakan gambar, teknik cetak lain, foto, light pen serta tablet, dan sebagainya. Citra tersebut bisa dicetak pada bahan yang bervariasi termasuk pada kertas, kain atau kanvas plastik.

       Reproduksi warna yang akurat merupakan kunci yang membedakan antara digital print berkualitas tinggi dengan yang berkualitas rendah. Warna metalik (emas, perak) sulit untuk direproduksi secara akurat karena akan memantul-balikkan sinar pada scanner digital. Cetak digital berkualitas tinggi biasanya direproduksi dengan menggunakan file data ber-resolusi sangat tinggi dengan printer ber-presisi tinggi.

       Cetak digital bisa dicetak pada kertas printer desktop standar dan kemudian ditransfer ke art paper tradisional (misalnya, Velin Arch atau Stonehenge 200gsm). Salah satu cara mentransfer berkas adalah dengan meletakkan hasil cetakan menghadap permukaan, art paper kemudian diolesi dengan Wintergreen oil di belakang cetakan, kemudian dipress.                                          

Warna dalam Seni Grafis

       Pewarnaan dalam seni grafis banyak cara yang dipakai. Seringkali pewarnaan dalam etsa,cetak saring, dan cukil kayu yang diterapkan dengan menggunakan plat, papan atau screen yang terpisah atau dengan menggunakan pendekatan reduksionis. Teknik pewarnaan multi-plat terdapat sejumlah plat, screem atau papan yang masing-masing menghasilkan warna yang berbeda, kemudian diterapkan pada tahap tertentu untuk menghasilkan keseluruhan gambar. Rata-rata plat yang digunakan 3-7 plat untuk menghasilkan warna-warni yang berbeda. Penggunaan warna yang pertama digunakan adalah warna yang cerah atau muda sampai warna yang terakhir menggunakan warna yang gelap.

        Tiap penerapan warna akan berinteraksi dengan warna lain yang telah diterapkan pada kertas, jadi sebelumnya perlu dipikirkan pemisahan warna. Biasanya warna yang paling terang diterapkan lebih dulu kemudian ke warna yang lebih gelap.

        Pendekatan reduksionis untuk menghasilkan warna dimulai dengan papan kayu atau lino yang kosong atau dengan goresan sederhana. Kemudian seniman mencukilnya lebih lanjut, memberi warna lain dan mencetaknya lagi. Bagian lino atau kayu yang dicukil akan mengekspos (tidak menimpa) warna yang telah tercetak sebelumnya.

     Pada teknik grafis seperti chine-collé atau monotype, pegrafis kadang-kadang hanya mengecat warna seperti pelukis kemudian dicetak.

      Konsep warna subtraktif yang juga digunakan dalam cetak offset atau cetak digital, di dalam software vektorial misalnya Macromedia Freehand, CorelDraw atau Adobe Ilustrator atau bitmap ditampilkan dalam CMYK atau ruang warna lain.

Seniman Grafis Indonesia

1.    Firman Lie

    Selain sebagai seorang seniman grafis, Firman Lie juga seorang dosen pengajar di Fakultas Seni Rupa Institut Kesenian Jakarta (IKJ), dan juga di Universitas Bina Nusantara. Lahir dikota Jambi, menekuni dunia grafis sejak masih duduk dibangku perkuliahan. Awalnya dia mengira bahwa seni grafis hanya bergelut dengan percetakan, namun setelah mengikuti beberapa pameran, ia sadar bahwa potensi grafika sebagai seni murni jauh lebih menarik daripada komersialisasi.

      Sampai saat ini, ia sering melakukan pameran tunggal seni grafis, dan juga pameran bersama. Sudah puluhan kali ia berpameran, sehingga karyanya dikenal oleh kalangan seniman, dan masyarakat pada umumnya.

2.    Suromo DS

       Suromo lahir pada tahun 1919, termasuk pelukis yang tumbuh lewat pemasakan ide-ide Persagi untuk mengungkapkan realitas kehidupan sosial dengan cara yang impresif. Lukisan dengan tema-tema sekitar kehidupan sehari-hari dan perjuangan kemerdekaan memang banyak dibuat untuk karya grafisnya. Beberpa contoh judul yang dibuatnya yaitu: “pasar”, “penghadang gerilya”, dan “pertempuran gerilya”.

        Pada karya yang berjudul”pasar’ Suromo benar-benar menunjukkan kemampuan teknik cukilan kayu yang mendekati engraving. Lebih jauh lagi perspektif , pencahayaan, dan detail bentuk-bentuknya telah mencapai keunggulan, sehingga karya seni grafis yang realistik ini terasa hidup. Suromo meninggal dunia pada tahun 2003, dengan meninggalkan karya-karya besarnya.

3.    Kaboel Suadi

       Lahir di Cirebon, 7 November 1935 – meninggal di Bandung, 27 September 2010 pada umur 74 tahun), adalah seorang pelukis dan seniman grafis Indonesia. Pada 1964 Kaboel mulai menempuh pendidikannya di Jurusan Arsitektur dan Seni Rupa Institut Teknologi Bandung. Pada 1969 ia mendapat kesempatan untuk memperdalam seni grafis di Hochschule für bildende Künste di Berlin Barat Kaboel mengajar di Institut Teknologi Bandung, dan pensiun pada 2000. Pada 1990 ia memperoleh kesempatan mengajar di Hochschule für bildende Künste (HBK) Braunschweig. Setelah pensiun dari ITB, sejak tahun 2000 ia mengajar di Fakultas Seni Rupa dan Desain di Universitas Trisakti, Jakarta.

Beberapa karyanya yang layak dicatat adalah:

·       Monumen Perjuangan Rakyat di Indramayu

·       Patung Mahkamah Agung RI pertama di Gedung Mahkamah Agung

·       Patung Menteri Kehakiman Pertama RI di Gedung Kehakiman

·       12 Patung Pahlawan Nasional di Graha Pemuda, Senayan, Jakarta

·       Display Vitrin di Museum Artha Suaka, Bank Indonesia

·       Patung di Museum Bank Rakyat Indonesia, Purwokerto

·       Display Museum Negeri Jawa Barat

·       Mural di Lapangan Tembak Senayan, Jakarta

·       Mural Gedung Djarum, Kudus

·       Replika Kereta Paksi Naga Liman untuk Expo Vancouver, Kanada

·       Piala Sporta (Anugerah Insan Terbaik Olahraga Indonesia)

·       Buku Sketsa Berlin Barat

       Selain itu ia juga pernah berpameran lukisan dan grafis di Indonesia, serta di berbagai kota di mancanegara seperti di Tokyo, Osaka, New Delhi, Bangkok, Pusan, Paris, Amsterdam, New York, Berlin, Braunschweig, dan lain-lain.

Bedanya  seni grafis dan desain grafis.

       Seni grafis itu ada di tataran seni murni, sedangkan desain grafis itu ada di tataran yang berbeda. seni grafis adalah seni murni seperti seni lukis, dan lain-lain, tapi mediumnya adalah alat-alat grafika / percetakan. Biasanya para seniman seni grafis ini sekolahnya di jurusan seni murni, tapi mendalami grafika, mereka mengeksplorasi berbagai teknik cetak, dari cetak tinggi, mencetak menggunakan cetakan cukil kayu, dan lain-lain, dan hasilnya dipamerkan selayaknya pameran lukisan.

       Sebagaimana layaknya seni murni, sang seniman / karyanya itulah yang menjadi subjek / pusat seni tersebut, lalu audience yang harus mendatangi mereka, masuk untuk menyaksikan karya-karya tersebut. Riset yang dilakukan seniman bukan riset audience, tetapi riset terhadap objek yang mau dilukisnya. Seniman langsung berhadapan dengan audience, dia bukan ‘komunikator’ bagi pihak lain melainkan bagi dirinya sendiri.

       Berbeda dengan desain grafis, yang menjadi subjek adalah audience, karena itu riset audience merupakan yang utama bagi desainer grafis. Desainer grafis yang mendatangi audience dan melayani mereka, bukan sebaliknya. Desainer grafis biasanya berada di posisi jembatan penghubung antara pemilik produk / perusahaan dan masyarakat /audience. jadi dia adalah ‘komunikator’.

Sumber : Modul Seni Budaya Kelas IX Sem 2 Edisi Revisi Tahun 2018