Sabtu, 10 April 2021

Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajara

Kepemimpinan adalah sesuatu yang melekat pada diri pemimpin dalam bentuk kepribadian dan sifat-sifat tertentu seperti, cerdas, jujur, ulet, matang, tegas, cakap, supel, mampu, tangguh, dan sanggup menjadi seorang pemimpin. Figur seorang pemimpin dijadikan teladan dan panutan oleh mereka yang dipimpinnya, sehingga mereka yang dipimpin akan patuh dan mengikuti apa yang dilakukannya. Dengan demikian betapa besar tanggung jawab dan pengaruh seorang pemimpin, karena tindakannya, perilakunya, dan cara berpikirnya, bahkan kebiasaannya akan diikuti mereka yang dipimpinnya.

Guru adalah pemimpin bagi siswa dalam pembelajarannya, bagi kolega atau teman-teman seprofesinya, dan bagi dirinya sendiri. Guru adalah pemimpin ketika ia sedang melaksanakan pembelajaran di kelasnya. Ia adalah pemegang kendali dan pengambil keputusan saat melaksanakan pemebalajaran. Setiap saat guru harus melakukan suatu tindakan sebagaimana seorang pemimpin di dalam kelasnya. Bagi kolega atau teman seprofesinya, seorang guru juga merupakan pemimpin, tentu saja bukan pemimpin dalam arti formal. Seorang guru yang profesional akan mampu menjadi seorang yang berdiri di depan menunjukkan bagaimana seharusnya menjadi guru yang berkualitas bagi guru-guru lainnya.

Bagi dirinya sendiri, seorang guru juga pemimpin. Apapun yang dilakukan dalam menjalani profesinya sebagai guru tergantung bagaimana ia menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri. Ia harus dapat menentukan dan memutuskan apa yang harus ia lakukan demi menjadi guru yang baik dan profesional. Hal ini berarti guru sebagai pemimpin harus memahami, memliki, dan mampu menggunakan pengetahuan dan keterampilannya tentang pengambilan keputusan yang efektif, kreatif, arif dan bijaksana terutama pada situasi-situasi yang rumit seperti ketika dihadapkan pada dilema etika.

Berkaitan dengan hal tersebut terlitas sebuah rencana dalam pikiran saya untuk belajar bersama dengan kolega dan teman-teman seprofesi tentang pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Perlu bagi teman-teman seprofesi memahami dan dapat menerapkan paradigma, prinsip berpikir, dan langkah pengambilan serta pengujian keputusan. Kegiatan ini akan saya lakukan sebagai berikut:

1. Pengimbasan, diskusi, dan studi kasus tentang materi pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran yang terdiri dari materi :

a.  Empat paradigma dilema etika yaitu

     1)    Individu lawan masyarakat (individual vs community)

     2)    Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

     3)    Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

     4)    Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

b. Tiga prinsip berpikir dalam pengambilan keputusan yang mengandung unsur dilema etika

1)    Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)

2)    Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)

3)    Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

c.  Sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan

1)    Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini.

2)    Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini

3)    Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini

4)    Pengujian benar atau salah

   a)    Uji Legal

   b)    Uji Regulasi/Standar Profesional

   c)    Uji Intuisi

   d)    Uji Halaman Depan Koran

   e)    Uji Panutan/Idola

5)    Pengujian Paradigma Benar lawan Benar

6)    Melakukan Prinsip Resolusi

7)    Investigasi Opsi Trilema

8)    Buat Keputusan

9)    Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan

2. Secara individu masing-masing guru menerapkan pengetahuan dan keterampilannya di tingkat kelas secara sistematis dan terstruktur dan merefleksi pengalaman tersebut bersama dengan rekan yang lainnya untuk memberikan umpan balik.

Selain kegiatan tersebut perlu juga untuk mengukur praktik pengambilan keputusan yang saya lakukan. Hal ini dapat dilakukan dengan melihat respon pihak-pihak yang terlibat dalam kasus. Jika keputusan tersebut dapat diterima oleh pihak-pihak yang terlibat meskipun tidak seratus persen karena faktor-faktor subyektif maka keputusan dapat dikatakan sudah tepat karena secara teknis dan prosedur sudah sesuai.

Dalam praktik pengambilan keputusan yang mengandung unsur dilema etika tentu perlu seseorang yang dapat mendampingi, memberikan umpan balik, dan teman diskusi. Terkait hal ini maka saya akan meminta wakil kepala sekolah urusan kesiswaan dan seorang rekan calon guru penggerak satu sekolah.

Kegiatan praktik pengambilan keputusan yang mengandung unsur dilema etika tersebut dilakukan tanpa menunggu terjadinya kasus yang mengandung unsur dilema etika. Kegaiatan melatih keterampilan tersebut dapat diterapkan di tingkat kelas maupun pada kolega dari permasalahan-permasalahan yang kecil sehingga sedikit-demi sedikit keterampilan tersebut meningkat. Pada saatnya dihadapkan pada kasus yang sesungguhnya maka diharapkan telah memiliki ketrampilan yang memadai untuk mengambil keputusan pada kasus yang mengandung unsur dilema etika. Kegiatan tersebut  saya rencankan setelah pelaksanaan Ujian Sekolah untuk kelas IX tepatnya tanggal 20 April 2021

x

0 komentar:

Posting Komentar